2.1
SEJARAH PENEMUAN SEL LISTRIK
Dalam dunia listrik banyak sekali penemu-penemu yang telah
berpartisipasi. Berikut merupakan orang yang pertama kali menemukan manfaat
listrik dalam kehidupan sehari.
1. Luigi Galvani
Pada tahun 1780-an ahli anatomi Itali, Luigi Galvani, secara
tak sengaja melihat kaki kodok yang sudah mati bisa terkejut saat pisau
bedahnya menyentuh saraf kaki kodok, ia berpendapat bahwa efek ini berkaitan
dengan sifat-sifat syaraf.
2. Alessandro Volta
Alessandro Volta lahir di Como, Italia pada 1745. Pada 1774,
ia diangkat sebagai profesor fisika di Royal School di Como. Sementara di Royal
School, Alessandro Volta dirancang penemuan pertamanya yang Electrophorus pada
tahun 1774, sebuah alat yang menghasilkan listrik statis. Tahun 1800,
Alessandro Volta dari Italia membangun tumpukan volta dan menemukan metode
praktis pertama dari pembangkit listrik. Count Volta juga membuat
penemuan-penemuan di elektrostatika, meteorologi, dan pneumatik. Penemuan yang
paling terkenal, bagaimanapun, adalah baterai pertama. Dibangun dari cakram
bolak seng dan tembaga, dengan potongan karton direndam dalam air garam antara
logam, tumpukan volta dihasilkan arus listrik. Melakukan busur logam digunakan
untuk membawa listrik dari jarak yang lebih jauh. Alessandro Volta's volta
tumpukan pertama adalah baterai yang menghasilkan yang handal, stabil arus
listrik.
Salah satu dari Alessandro Volta kontemporer adalah Luigi
Galvani, pada kenyataannya, itu Volta tidak setuju dengan teori Galvani
galvanik tanggapan (jaringan hewan mengandung bentuk listrik) yang menyebabkan
Volta untuk membangun tumpukan volta untuk membuktikan bahwa listrik tidak
berasal dari jaringan hewan tapi yang dihasilkan oleh kontak dari berbagai
logam, kuningan dan besi, di sebuah lingkungan lembab. Ironisnya, keduanya
ilmuwan benar.
3. Michael Faraday
Michael Faraday lahir pada tanggal 22 September 1791 di
Newington Butts, Inggris. Ketika umurnya menginjak 20 tahun, dia mengikuti
ceramah-ceramah yang diberikan oleh ilmuwan Inggris kenamaan. Salah satunya
adalah Sir Humphry Davy, seorang ahli kimia yang juga kepala laboratorium Royal
Institution. Berkat kegigihannya dalam belajar, hanya dalam waktu relatif
singkat, ia dapat membuat penemuan-penemuan baru atas hasil kreasinya sendiri,
yaitu menemukan dua senyawa klorokarbon dan berhasil mencairkan gas klorin dan
beberapa gas lainnya. Berkat kepandainnya pula, Faraday dapat berhubungan
dengan para ahli ternama, seperti Andre Marie Ampere.
Penemuan Faraday pertama yang penting di bidang listrik
terjadi tahun 1821. Dua tahun sebelumnya Oersted telah menemukan bahwa jarum
magnet kompas biasa dapat beringsut jika arus listrik dialirkan dalam kawat
yang tidak berjauhan. Dari temuan ini, Faraday berkesimpulan, jika magnet
diketatkan, yang bergerak justru kawatnya. Bekerja atas dasar dugaan ini, dia
berhasil membuat suatu skema yang jelas di mana kawat akan terus-menerus
berputar berdekatan dengan magnet sepanjang arus listrik dialirkan ke kawat.
Sesungguhnya, dalam hal ini Faraday sudah menemukan motor listrik pertama,
suatu skema pertama penggunaan arus listrik untuk membuat sesuatu benda
bergerak. Betapa pun primitifnya, penemuan Faraday ini merupakan "nenek
moyang" dari semua motor listrik yang digunakan dunia sekarang ini. Sejak
penemuannya yang pertama pada tahun 1821, Michael Faraday si ilmuwan autodidak
ini namanya mulai terkenal. Hasil penemuannya dianggap sebagai pembuka jalan
dalam bidang kelistrikan. Hukum Faraday Dalam percobaan-percobaan yang
dilakukannya pada tahun 1831, ia menemukan bahwa bila magnet dilalui sepotong
kawat, arus akan mengalir di kawat, sedangkan magnet bergerak. Keadaan ini
disebut "pengaruh elektromagnetik" dan penemuan ini disebut
"Hukum Faraday". Dengan berbagai temuannya, tak berlebihan jika
Faraday termasuk salah satu tokoh yang telah memberi sumbangan terbesar pada
umat manusia. Ia seorang yang sederhana, seorang penemu yang mulai belajar
secara autodidak.
2.2
PENGERTIAN SEL VOLTA (GALVANI)
Eletrokimia adalah ilmu yang berkaitan dengan listrik dan
reaksi kimia. Sel elektrokimia terdiri dari sel volta atau sel galvani dan sel
elektrolisis
Perbedaan
antara sel volta dengan sel elektrolisis adalah :
Sel Volta
· reaksi kimia diubah menjadi
energi listrik
· Reaksi redoks spontan
· Katoda (+) dan anoda (-)
Contoh : sel aki
|
sel elektrolisis
· energi listrik diubah menjadi
reaksi kimia
· Reaksi redoks tak spontan
· Katoda (-) dan anoda (+)
|
Penemu Sel Volta/Galvani
|
Sel volta atau sel galvani adalah suatu sel elektrokimia
yang terdiri atas dua buah elektrode yang dapat menghasilkan energi listrik
akibat terjadinya reaksi redoks secara spontan pada kedua elektroda tersebut.
Sel volta terdiri atas elektroda negatif tempat berlangsungnya reaksi oksidasi
yang disebut anoda, dan elektroda positif tempat berlangsungnya reaksi reduksi
yang disebut katoda.
Susunan
sel volta adalah :
Notasi
sel : Y | ion Y || ion X | X
Pada notasi sel, bagian kanan menyatakan katode (yang
mengalami reduksi), dan bagian kiri menyatakan anode (yang mengalami
oksidasi). Pemisahan oleh jembatan garam dinyatakan dengan || sedangkan batas
fasa dinyatakan |.
Pada gambar di atas, logam X mempunyai potensial reduksi
yang lebih positif dibanding logam Y, sehingga logam Y bertindak sebagai anoda
dan logam X bertindak sebagai katoda. Jembatan garam mengandung ion-ion positif
dan ion-ion negatif yang berfungsi menetralkan muatan positif dan negatif dalam
larutan elektrolit.
Contoh Soal Penulisan Notasi Sel :
Tuliskan
notasi sel untuk reaksi
Cu2+ +Zn ® Cu + Zn2+
Maka notasi selnya : Zn | Zn2+ || Cu2+ | Cu
Prinsip kerja
- Terdiri atas elektroda dan elektrolit yang dihubungkan dengan sebuah jembatan garam.
- Pada anoda terjadi reaksi oksidasi dan pada katoda terjadi reaksi reduksi.
- Arus elektron mengalir dari katode ke anode.
- Arus listrik mengalir dari katode ke anode.
- Adanya jembatan garam untuk menyetimbangkan ion-ion dalam larutan.
- Terjadi perubahan energi: energi kimia menjadi energi listrik.
Penjelasan Deret volta
Li-K-Ba-Sr-Ca-Na-Mg-Al-Mn-Zn-Cr-Fe-Cd-Co-Ni-Sn-Pb-H+-Cu-Ag-Hg-Pt-Au
Logam-logam yang terletak di sisi kiri H+ memiliki
E°red bertanda negatif. Semakin ke kiri, nilai E°red
semakin kecil (semakin negatif). Hal ini menandakan bahwa logam-logam tersebut
semakin sulit mengalami reduksi dan cenderung mengalami oksidasi. Oleh sebab
itu, kekuatan reduktor akan meningkat dari kanan ke kiri. Sebaliknya,
logam-logam yang terletak di sisi kanan H+ memiliki E°red
bertanda positif. Semakin ke kanan, nilai E°red semakin besar
(semakin positif). Hal ini berarti bahwa logam-logam tersebut semakin mudah
mengalami reduksi dan sulit mengalami oksidasi. Oleh sebab itu, kekuatan
oksidator akan meningkat dari kiri ke kanan. Singkat kata, logam yang terletak
disebelah kanan relatif terhadap logam lainnya, akan mengalami reduksi.
Sementara, logam yang terletak di sebelah kiri relatif terhadap logam lainnya,
akan mengalami oksidasi. Logam yang terletak disebelah kiri relatif terhadap
logam lainnya mampu mereduksi ion logam menjadi logam (mendesak ion dari
larutannya menjadi logam). Sebaliknya, logam yang terletak di sebelah kanan
relatif terhadap logam lainnya mampu mengoksidasi logam menjadi ion logam
(melarutkan logam menjadi ion dalam larutannya).
Dari
penjelasan tentang derat Volta di atas maka dapat dikatakan bahwa:
- Semakin ke kanan, semakin mudah direduksi dan sukar di oksidasi.
- Semakin ke kiri semakin mudah dioksidasi dan sukar direduksi.
Perhatikan
gambar berikut!
Rangkaian
sel volta yang terdiri atas elektroda magnesium dan seng, dengan potensial
elektrode Mg2+ | Mg = – 2,38 volt , Zn2+ | Zn = – 0,76
volt.
Penjelasan
:
potensial
reduksi logam magnesium lebih negatif dari potensial reduksi logam zeng,
sehingga logam magnesium bertindak sebagai anoda dan logam seng bertindak
sebagai katoda.
Beda
potensial Sel dirumuskan :
- Untuk keadaan standar dengan konsentrasi larutan 1 molar:
Eosel = Ekatoda – E anoda
- Untuk keadaan standar dengan konmsentrasi larutan tidak 1 molar:
Ket: n = jumlah electron
2.3 PRINSIP KERJA SEL
VOLTA (GALVANI)
a. Prinsip-prinsip sel volta atau sel
galvani :
• Gerakan elektron dalam sirkuit
eksternal akibat adanya reaksi redoks.
• Aturan sel volta :
-
Terjadi perubahan : energi kimia → energi listrik
- Pada anoda,
elektron adalah produk dari reaksi oksidasi; anoda kutub negatif
- Pada katoda,
elektron adalah reaktan dari reaksi reduksi; katoda = kutub positif
- Elektron
mengalir dari anoda ke katoda
b. Konsep-konsep Sel Volta
Sel Volta:
1. Deret Volta/Nerst
a. Li, K, Ba, Ca, Na, Mg, Al, Mn, Zn, Fe
Ni, Sn, Pb, (H), Cu, Hg, Ag, Pt, Au
b. Makin ke kanan, mudah direduksi dan
sukar dioksidasi. Makin ke kiri, mudah dioksidasi,
makin aktif, dan sukar direduksi.
Prinsip:
1. Anoda terjadi reaksi oksidasi ; katoda terjadi reaksi reduksi
1. Anoda terjadi reaksi oksidasi ; katoda terjadi reaksi reduksi
2. Arus elektron : anoda → katoda ; arus
listrik : katoda → anoda
3. Jembatan garam : menyetimbangkan
ion-ion dalam larutan
Contoh dari sel galvani :
/ = potensial ½ sel
// = potensial sambungan Sel (cell
junction potential; jembatan garam)
2.4
STRUKTUR SEL VOLTA
Bila Anda celupkan dua logam dengan kecenderungan ionisasi
yang berbeda dalam larutan elektrolit dan menghubungkan kedua elektroda dengan
kawat, sebuah sel volta akan tersusun. Pertama, logam dengan kecenderungan
ionisasi yang lebih besar akan teroksidasi, menghasilkan kation yang terlarut
dalam larutan elektrolit. Kemudian elektron yang dihasilkan akan bermigrasi ke
logam dengan kecenderungan ionisasi lebih rendah melalui kawat. Pada logam
dengan kecenderungan ionisasi lebih rendah, kation yang terlarut dalam
larutan elektrolit akan direduksi dengan adanya elektron yang mengalir ke logam
tersebut.
Dalam gambar diagram skematik sel volta di atas terlihat
arah arus listrik berlawanan dengan aliran elektron, jadi arus listrik mengalir
dari logam yang kecenderungan ionisasinya lebih rendah ke logam yang
kecenderungan ionisasinya lebih tinggi. Kemudian yang perlu dipahami disini
bahwa kation yang dihasilkan dari reaksi pada elektroda negatif (oksidasi)
berbeda dengan kation yang bereaksi pada elektroda positif (reduksi). Untuk
lebih jelasnya perhatikan percobaan berikut ini :
Baterai Jeruk
Elektroda
negatif/anoda : Logam Zn
Elektroda
positif/katoda : Logam Cu
Larutan
elektrolit : asam jeruk (H+) penggunaan Zn sebagai anoda karena
kecenderungan ionisasi Zn lebih tinggi dari H dan Cu sebagai anoda karena
kecenderungan ionisasi Cu lebih rendah dari H sehingga pada anoda logam Zn
dioksidasi menghasilkan ion Zn2+ dan melepas elektron.
Zn → Zn2+ + 2 e-
pada katoda ion H+ yang dihasilkan dari larutan asam jeruk direduksi menjadi molekul hidrogen.
2H+ + 2e- → H2
a.
Reaksi Pada Sel Galvani
Reaksi
kimia yang terjadi pada bejana sebelah kanan merupakan reaksi reduksi dari ion
tembaga (bilangan oksidasi positif) menjadi logam tembaga. Hal
ini menyebabkan massa elektroda tembaga bertambah. Kekurangan muatan positif
terhadap muatan negatif akibat reduksi tembaga segera disetimbangkan oleh
muatan positif jembatan garam. Dengan demikian elektrolit tetap netral. Sebaliknya elektrolit
dalam bejana kiri akan terjadi penambahan kation sebagai akibat reaksi oksidasi
logam zink. Hal ini dapat diketahui karena berkurangnya massa elektroda zink.
Reaksi sel yang terjadi adalah :
Zn
(s) + Cu2+ ⇌ Zn2+ + Cu (s)
b. Jembatan Garam
Jembatan garam adalah alat yang digunakan untuk
menghubungkan reaksi reduksi dan oksidasi setengah sel dari sel volta. Jembatan
garam berbentuk seperti huruf U terbalik yang diisi dengan larutan elektrolit
KCl (dalam agar-agar) yang kedua ujungnya disumbat dengan kapas agar tidak
terjadi aliran mekanis. Selain KCl, bisa juga digunakan elektrolit KNO3,
NaCl dan K2SO4. Fungsi dari jembatan garam adalah untuk
menghantarkan arus listrik antara kedua elektrolit yang berada dalam bejana.
Selain itu, jembatan garam juga berguna untuk menetralkan kelebihan atau
kekurangan muatan dari ion-ion yang ada dalam larutan di dalam kedua bejana
selama reaksi elektrokimia berlangsung. Oleh karena itu syarat dari suatu zat
yang digunakan untuk jembatan garam adalah zat tersebut tidak boleh bereaksi
dengan elektrolit yang digunakan dalam pengukuran potensial sel.
c. Elektroda Sel Galvani
Elektroda
dalam sel Galvani terbalik dengan elektroda sel elektrolisis. Dalam sel
Galvani,
- Anoda adalah elektroda dimana terjadi reaksi oksidasi (kehilangan elektron). Anoda menarik anion.
- Katoda adalah elektroda dimana terjadi reaksi reduksi (menerima elektron). Katoda menarik kation.
d. Perhitungan Potensial Standar
Potensial listrik standar dapat ditentukan dengan
menggunakan tabel potensial standar stengah sel. Langkah pertama adalah
mengetahui logam apa yang bereaksi dalam sel. Kemudian mencari potensial
elektroda standar (E0) dalam volt, dari masing-masing dua
setengah reaksi.
Contoh perhitungan sel volta adalah sebagai berikut. Pada
gambar di atas ada larutan ZnSO4 dan CuSO4 yang
dihubungkan oleh jembatan garam. Elektroda yang digunakan adalah zink dan
tembaga. Maka potensial standar yang dihasilkan adalah:
Cu2+
+ 2 e- ⇌ Cu E0 = +0,34 V
Zn2+
+ 2 e- ⇌ Zn E0 = -0,76 V
Potensial standar didapatkan dengan cara menghitung E yang lebih besar dikurangi E yang lebih kecil. Jadi,
E0 = +0,34 V − (−0,76 V) = 1,10 V
e.
Potensial Sel Volta
Potensial
sel volta dapat ditentukan dengan percobaan dengan menggunakan
potemsiometer/voltmeter dan secara teoritis potensial sel dapat dihitung
berdasarkan perbedaan potensial reduksi (E°red) kedua elektroda atau penjumlahan
potensial oksidasi pada anoda dengan potensial reduksi pada katoda.
sebagai
contoh pada sel daniel :
Zn2+
+ 2e → Zn E° = -0,76 V
Cu2+
+ 2e → Cu E° = +0,34 V
yang
mempunyai harga potensial reduksi (E°red) lebih kecil akan di oksidasi dan yang potensial reduksi
(E°red) lebih besar akan direduksi.
Anoda
(oksidasi) :
Zn → Zn2+
+ 2e E° = +0,76 V
Katoda
(reduksi) : Cu2+ + 2e →
Cu
E° = +0,34 V
Reaksi
total (redoks) : Zn + Cu2+ → Zn2+ +
Cu E° = +1,10 V
secara
singkat dapat dihitung :
nilai E°red yang lebih kecil akan dioksidasi
dan yang lebih besar akan direduksi. maka Zn akan dioksidasi dan Cu akan
direduksi.
E°oks Zn = +0,76 V
E°red Cu = +0,34 V
E°sel = E°oks + E°red = 0,76 + 0,34 = 1,10 V
nilai
potensial sel (E°sel) yang positif menunjukkan bahwa
reaksi tersebut dapat berlangsung secara spontan.
maka
sebaliknya reaksi :
Cu + Zn2+
→ Cu2+ + Zn E° = -1,10 V
nilai
potensial sel (E°sel) nya negatif menunjukkan bahwa
dalam keadaan normal tidak akan terjadi reaksi. Reaksi dapat terjadi
bila ada suplai elektron dari luar/dialiri listrik yang akan dibahas pada bab
sendiri yakni pada bab elektrolisis.
2.5 POTENSIAL
ELEKTRODA
Arus listrik yang terjadi pada sel volta disebabkan elektron
mengalir dari elektroda negatif ke elektroda positif. Hal ini disebabkan karena
perbedaan potensial antara kedua elektroda. Andaikan kita mengukur perbedaan
potensial (∆V) antara dua elektroda dengan menggunakan potensiometer ketika
arus listrik yang dihasilkan mengalir sampai habis. Maka akan diperoleh nilai
limit atau perbedaan potensial saat arus listriknya nol yang disebut
sebagai potensial sel (E°sel).
Perbedaan potensial yang diamati bervariasi dengan jenis
bahan elektroda dan konsentrasi serta temperatur larutan elektrolit. Sebagai
contoh untuk sel Daniell, bila diukur dengan potensiometer beda potensial
pada suhu 25°C saat konsentrasi ion Zn2+ dan Cu2+
sama adalah 1,10 V. Bila elektroda Cu/Cu2+ dalam sel Daniell diganti
dengan elektroda Ag/Ag+ , potensial sel adalah 1,56 V. Jadi dengan
berbagai kombinasi elektroda dapat menghasilkan nilai potensial sel yang sangat
bervariasi. Jadi alat potensiometer digunakan untuk mengukur perbedaan
potensial antara dua elektroda sedangkan untuk mengukur nilai potensial
mutlak untuk suatu elektroda tidak bisa dilakukan.
Oleh karena itu, diperlukan suatu elektroda yang dipakai sebagai
standar atau pembanding dengan elektroda-elektroda yang lainnya. Dan telah
ditentukan yang digunakan sebagai elektroda standar adalah elektroda
Hidrogen. Elektroda Hidrogen terdiri dari gas H2 dengan tekanan
1 atm yang dialirkan melalui sekeping logam platina (Pt) yang dilapisi serbuk
Pt halus pada suhu 25°C dalam larutan asam (H+) 1 M. Berdasarkan
perjanjian elektroda Hidrogen diberi nilai potensial 0,00 Volt.
Potensial sel yang terdiri atas pasangan elektroda
hidrogen/standar (H/H+) dan elektroda Zn/Zn2+ adalah
-0,76 V. Bila elektroda Zn/Zn2+ diganti dengan elektroda Cu/Cu2+
maka besar potensial selnya menjadi +0,34 V.
H2 + Zn2+ → 2H+ + Zn E° = -0,76 V
H2 + Cu2+ → 2H+ + Cu E° = +0,34 V
karena
besarnya potensial elektroda hidrogen = 0,00 V maka potensial reduksi (E°red) Zn dan Cu dapat ditentukan :
Zn2+ + 2e → Zn E° = -0,76 V disingkat E°red Zn = -0,76 V
Cu2+ + 2e → Cu E° = +0,34 V disingkat E°red Cu = +0,34 V
potensial
reduksi (E°red) menunjukkan kecenderungan untuk
menerima elektron. jadi berdasarkan nilai potensial elektroda di atas,
potensial elektroda Zn bernilai negatif (-) menunjukkan bahwa Zn/Zn2+
lebih sukar untuk menerima elektron/direduksi dibanding dengan H/H+
dan Cu bernilai positif (+) menunjukkan bahwa Cu/Cu2+ lebih
mudah untuk menerima elektron/direduksi dibanding dengan H/H+.
Semakin
sukar untuk direduksi berarti semakin mudah untuk dioksidasi dan sebaliknya
semakin mudah direduksi berarti semakin sukar dioksidasi. karena besar
potensial oksidasi (E°oks) berlawanan dengan potensial reduksi (E°red).
Zn
→ Zn2+ + 2e E° = +0,76 V disingkat E°oks Zn = +0,76 V
Cu
→ Cu2+ + 2e E° = -0,34 V disingkat E°oks Cu = -0,34 V
Tabel Potensial Elektroda Standar
Setengah Reaksi Reduksi ( pada Katoda )
|
E°red (volts)
|
Li+(aq) + e- → Li(s)
|
-3.04
|
K+(aq) + e- → K(s)
|
-2.92
|
Ca2+(aq) + 2e- → Ca(s)
|
-2.76
|
Na+(aq) + e- → Na(s)
|
-2.71
|
Mg2+(aq) + 2e- → Mg(s)
|
-2.38
|
Al3+(aq) + 3e- → Al(s)
|
-1.66
|
2H2O(l) + 2e- → H2(g) + 2OH-(aq)
|
-0.83
|
Zn2+(aq) + 2e- → Zn(s)
|
-0.76
|
Cr3+(aq) + 3e- → Cr(s)
|
-0.74
|
Fe2+(aq) + 2e- → Fe(s)
|
-0.41
|
Cd2+(aq) + 2e- → Cd(s)
|
-0.40
|
Ni2+(aq) + 2e- → Ni(s)
|
-0.23
|
Sn2+(aq) + 2e- → Sn(s)
|
-0.14
|
Pb2+(aq) + 2e- → Pb(s)
|
-0.13
|
Fe3+(aq) + 3e- → Fe(s)
|
-0.04
|
2H+(aq) + 2e- → H2(g)
|
0.00
|
Sn4+(aq) + 2e- → Sn2+(aq)
|
0.15
|
Cu2+(aq) + e- → Cu+(aq)
|
0.16
|
ClO4-(aq) + H2O(l) + 2e- → ClO3-(aq) + 2OH-(aq)
|
0.17
|
AgCl(s) + e- → Ag(s) + Cl-(aq)
|
0.22
|
Cu2+(aq) + 2e- → Cu(s)
|
0.34
|
ClO3-(aq) + H2O(l) + 2e- → ClO2-(aq) + 2OH-(aq)
|
0.35
|
IO-(aq) + H2O(l) + 2e- → I-(aq) + 2OH-(aq)
|
0.49
|
Cu+(aq) + e- → Cu(s)
|
0.52
|
I2(s) + 2e- → 2I-(aq)
|
0.54
|
ClO2-(aq) + H2O(l) + 2e- → ClO-(aq) + 2OH-(aq)
|
0.59
|
Fe3+(aq) + e- → Fe2+(aq)
|
0.77
|
Hg22+(aq) + 2e- → 2Hg(l)
|
0.80
|
Ag+(aq) + e- → Ag(s)
|
0.80
|
Hg2+(aq) + 2e- → Hg(l)
|
0.85
|
ClO-(aq) + H2O(l) + 2e- → Cl-(aq) + 2OH-(aq)
|
0.90
|
2Hg2+(aq) + 2e- → Hg22+(aq)
|
0.90
|
NO3-(aq) + 4H+(aq) + 3e- → NO(g) + 2H2O(l)
|
0.96
|
Br2(l) + 2e- → 2Br-(aq)
|
1.07
|
O2(g) + 4H+(aq) + 4e- → 2H2O(l)
|
1.23
|
Cr2O72-(aq) + 14H+(aq) + 6e- → 2Cr3+(aq) + 7H2O(l)
|
1.33
|
Cl2(g) + 2e- → 2Cl-(aq)
|
1.36
|
Ce4+(aq) + e- → Ce3+(aq)
|
1.44
|
MnO4-(aq) + 8H+(aq) + 5e- → Mn2+(aq) + 4H2O(l)
|
1.49
|
H2O2(aq) + 2H+(aq) + 2e- → 2H2O(l)
|
1.78
|
Co3+(aq) + e- → Co2+(aq)
|
1.82
|
S2O82-(aq) + 2e- → 2SO42-(aq)
|
2.01
|
O3(g) + 2H+(aq) + 2e- → O2(g) + H2O(l)
|
2.07
|
F2(g) + 2e- → 2F-(aq)
|
2.87
|
tabel di atas lebih dikenal sebagai
deret volt, adapun deret volta yang sering keluar dalam materi SMA disusun dalam
baris sebagai berikut :
K-Ba-Sr-Ca-Na-Mg-Al-Zn-Cr-Fe-Ni-Sn-Pb-H-Cu-Hg-Ag-Pt-Au
Semakin
ke kanan semakin mudah direduksi yang berarti semakin mudah menerima elektron
dan merupakan oksidator (penyebab zat lain mengalami oksidasi).
Semakin
ke kiri semakin mudah dioksidasi yang berarti semakin mudah melepas elektron
dan merupakan reduktor (penyebab zat lain mengalami reduksi).
Logam
di sebelah kiri dapat bereaksi dengan ion logam di sebelah kanannya :
Zn
+ Cu2+ → Zn2+ + Cu
Logam
di sebelah kanan tidak dapat bereaksi dengan ion logam di sebelah kirinya :
Cu
+ Zn2+ → tidak bereaksi
2.6 PENERAPAN DALAM
KEHIDUPAN SEHARI – HARI
SEL VOLTA PRIMER
a. Sel Kering Seng – Karbon
Sel kering juga dapat disebut sel Lenchanche atau baterai.
Baterai kering ini mendapatkan hak paten penemuan di tahun 1866. Sel Lanchache
ini terdiri atas suatu silinder zink berisi pasta dari campuran batu kawi (MnO2),
salmiak (NH4Cl), karbon (C), dan sedikit air. Dengan adanya air jadi
baterai kering ini tidak 100% kering.
Sel ini biasanya digunakan sebagai sumber tenaga atau energi
pada lampu, senter, radio, jam dinding, dan masih banyak lagi. Penggunaan logam
seng adalah sebagai anoda sedangkan katoda digunakan elektrode inert, yaitu
grafit, yang dicelupkan ditengah-tengah pasta. Pasta ini bertujuan sebagai
oksidator. Seng tersebut akan dioksidasi sesuai dengan persamaan reaksi di
bawah ini:
Zn(s) → Zn2+(aq) + 2e-
(anoda)
Sedangkan
katoda terdiri atas campuran dari MnO2 dan NH4Cl. Reaksi
yang terjadi dapat ditulis sebagai berikut:
2MnO2(s) + 2NH4+(aq)
2e- → Mn2O3(s) + 2NH3(aq) + H2O(l)
(katoda)
Katoda
akan menghasilkan ammonia, ammonia ini akan bereaksi dengan Zn2+
yang dihasilkan di anode. Reaksi tersebut akan membentuk ion yang kompleks
[Zn(NH3)4]2+. Sel kering ini tidak dapat
digunakan berulang kali dan memiliki daya tahan yang tidak lama. Dan harganya
di pasaran sangatlah murah.
b. Baterai Merkuri
Baterai merkuri ini merupakan satu dari baterai kecil yang
dikembangkan untuk usaha perdagangan atau komersial. Anoda seng dan katoda
merkuri (II) oksida (HgO) adalah penyusun dari baterai merkuri ini yang
dihubungkan dengan larutan elektrolit kalium hidroksida (KOH). Sel ini
mempunyai beda potensial ± 1,4V. Reaksi yang terjadi pada baterai ini adalah:
Zn(s) + 2OH-(aq)
→ ZnO(s) + H2O + 2e- (anoda)
HgO(s) + H2O +
2e- → Hg(l) + 2OH-(aq)
(katoda)
Reaksi dari keseluruhan atau disebut reaksi bersih adalah:
Zn(s) + HgO(s)
→ ZnO(s) + Hg(l)
c. Baterai Perak Oksida
Baterai perak oksida tergolong tipis dan harganya yang relatif
lebih mahal dari baterai-baterai yang lainnya. Baterai ini sangat populer
digunakan pada jam, kamera, dan kalkulator elektronik. Perak oksida (Ag2O)
sebagai katoda dan seng sebagai anodanya. Reaksi elektrodenya terjadi dalam
elektrolit yang bersifat basa dan mempunyai beda potensial sama seperti pada
baterai alkaline sebesar 1,5V. Reaksi yang terjadi adalah:
Zn(s) + 2OH-(aq) → Zn(OH)2(s)
+ 2e- (anoda)
Ag2O(s) + H2O + 2e-
→ 2Ag(s) + 2OH-(aq) (katoda)
d. Baterai Litium
Terdiri atas litium sebagai anoda dan MnO2
sebagai oksidator (seperti pada baterai alkaline). Baterai Litium ini dapat
menghasilkan arus listrik yang lebih besar dan daya tahannya lebih lama
dibandingkan baterai kering yang berukuran sama. Berikut notasi dari baterai
Litium:
Li│Li+ (pelarut non-air)│KOH (pasta)│MnO2,
Mn(OH)3, C
SEL VOLTA
SEKUNDER
a. Aki Timbal
Aki merupakan jenis baterai yang
dapat digunakan untuk kendaran bermotor atau automobil. Aki timbal mempunyai
tegangan 6V atau 12V, tergantung jumlah sel yang digunakan dalam konstruksi aki
timbal tersebut. Aki timbal ini terdiri atas katoda PbO2 (timbel(IV)
oksida) dan anodanya Pb (timbel=timah hitam). Kedua zat sel ini merupakan zat
padat, yang dicelupkan kedalam larutan H2SO4. Reaksi yang
terjadi dalam aki adalah:
Pb(s) + SO42-(aq) → PbSO4(s)
+ 2e- (anoda)
PbO2(s) + 4H+(aq) + SO42-(aq)
+ 2e- → PbSO4(s) + 2H2O (katoda)
Aki ini dapat diisi ulang dengan
mengalirkan lagi arus listrik ke dalamnya. Pengisian aki dilakukan dengan
membalik arah aliran elektron pada kedua elektrode. Pada pengosongan aki, anoda
(Pb) mengirim elektron ke katoda (PbO2). Sementara itu pada
pengisian aki, elektrode timbal dihubungkan dengan kutub negatif sumber arus
sehingga Pb2SO4 yang terdapat pada elektrode timbal
itu direduksi. Berikut reaksi pengisian aki:
PbSO4(s) + H+(aq) +2e- → Pb(s)
+ HSO4-(aq) (elektrode Pb sebagai
katoda)
PbSO4(s) + 2H2O(l) → PbO2(s)
+ HSO4-(aq) + 3H+(aq) +
2e- (elektrode PbO2 sebagai anoda).
b. Baterai Nikel Kadmium
Baterai nikel-kadmium merupakan baterai kering yang dapat
diisi ulang. Sel ini biasanya disebut nicad atau bateray
nickel-cadmium. Reaksi yang terjadi pada baterai nikel-kadmium adalah:
Cd(s)
+ 2OH-(aq) → Cd(OH)2(s) + 2e- (anoda)
NiO2(s) + 2H2O + 2e- → Ni(OH)2(s)
+ 2OH-(aq) (katoda)
Reaksi
keseluruhan adalah:
Cd(s) + NiO(aq) + 2H2O(l)
→ Cd(OH)2(s) + Ni(OH)2(s)
Baterai nikel-kadmium merupakan zat
padat yang melekat pada kedua elektrodenya. Baterai nikel-kadmium memiliki
tegangan sekitar 1,4V. Dengan membalik arah aliran elektron, zat-zat tersebut
dapat diubah kembali seperti zat semula.
c.
Sel Perak
Seng
Sel ini mempunyai kuat arus (I) yang
besar dan banyak digunakan pada kendaran-kendaraan balap. Sel perak seng dibuat
lebih ringan dibandingkan dengan sel timbal seng. KOH adalah elektrolit yang
digunakan dan elektrodenya berupa logam Zn (seng) dan Ag (perak).
d. Sel Natrium Belerang
Sel natrium belerang ini dapat menghasilkan energi listrik
yang lebih besar dari sel perak seng. Elektrodenya adalah Na (natrium) dan S
(sulfur).
e.
Sel Bahan
Bakar
Sel bahan bakar adalah sel yang menggunakan bahan bakar
seperti campuran hidrogen dengan oksigen atau campuran gas alam dengan oksigen.
Sel bahan bakar ini biasanya digunakan untuk sumber energi listrik pesawat
ulang-alik, pesawat Challenger dan Columbia. Yang berperan sebagai katode
adalah gas oksigen dan anodanya gas hidrogen. Masing-masing elektrode
dimasukkan kedalam elektrode karbon yang berpori-pori dan masing-masingnya elelktrode
digunakan katalis dari serbuk platina.
Katoda: menghasilkan ion OH-
O2(g) + 2H2O(l)
+ 4e- → 4OH-(aq)
Anoda: dari katode bereaksi dengan gas H2
H2(g) + 2OH-(aq)
→ 2H2O(l) + 2e-
Reaksi selnya adalah: O2(g) + 2H2(g)
→ 2H2O(l)