1.1 Sejarah Timah
Timah dalam bahasa
Inggris disebut sebagai Tin dengan symbol kimia Sn. Kata “Tin” diambila dari
nama Dewa bangsa Etruscan “Tinia”. Nama latin dari timah adalah “Stannum”
dimana kata ini berhubungan dengan kata “stagnum” yang dalam bahasa inggris
bersinonim dengan kata “dripping” yang artinya menjadi cair / basah, penggunaan
kata ini dihubungkan dengan logam timah yang mudah mencair.
Timah adalah sebuah unsur kimia terdapat dalam table
periodik yang memiliki simbol Sn ( bahasa latin : Stannum ) dan nomor atom 50. Unsur ini merupakan logam keperakan,
dapat ditempa ( malleable ), tidak mudah teroksidasi dalam udara sehinnga tahan
karat, ditemukan dalam banyak alloy, dan digunakan untuk melapisi logam lain
untuk mencegah karat. Timah
diperoleh terutama dari mineral
cassiterite yang terbentuk sebagai oksida.
Timah adalah logam berwarna putih keperakan, dengan
kekerasan yang rendah, berat jenis 7,3 g/cm3, serta mempunyai sifat
konduktivitas panas dan listrik yang tinggi. Dalam keadaan normal (13 – 1600C),
logam ini bersifat mengkilap dan mudah dibentuk Timah terbentuk sebagai endapan
primer pada batuan granit dan pada daerah sentuhan batuan endapan metamorf yang
biasanya berasosiasi dengan turnalin dan urat kuarsa timah, serta sebagai endapan
sekunder, yang didalamnya terdiri dari endapan alluvium, elluvial, dan
koluvium. Mineral yang terkandung didalam bijih timah pada umumnya mineral
utama yaitu kaserite, sedangkan pirit, kuarsa, zircon, ilmenit, plumbum,
bismut, arsenik, stibnite, kalkopirit, kuprit, xenotim, dan monasit merupakan
mineral ikutan. Kegunaan timah banyak sekali terutama untuk bahan baku logam
pelapis, solder, cendramata dan lain-lain. Potensi timah di Indonesia terdapat
di Pulau Bangka, Pulau Belitung, Pulau Singkep, dan Pulau Karimun.
Timah adalah unsur dengan jumlah isotop stabil yang
terbanyak dimana jangkauan isotop ini mulai dari 112 hingga 126. Dari
isotop-isotop tersebut yang paling banyak jumlahnya adalah isotop 120Sn
dimana komposisinya mencapai 1/3 dari jumlah isotop Sn yang ada, 116Sn,
dan 118Sn. Isotop yang paling sedikit jumlahnya adalah 115Sn.
Unsur timah yang memiliki jumlah isotop yang banyak ini sering dikaitkan dengan
nomor atom Sn yaitu 50 yang merupakan “magic number” dalam pita kestabilan
fisika nuklir. Beberapa isotop bersifat radioaktif dan beberapa yang lain
bersifat metastabil (dengan lambang m). Berkut beberapa isotop Sn dan
kelimpahannya di alam.
1.2 Sumber Atau Keberadaan Timah di Alam
Timah tidak ditemukan dalam unsur bebasnya dibumi akan tetapi diperoleh
dari senyawaannya. Timah
pada saat ini diperoleh dari mineral cassiterite atau tinstone. Cassiterite
merupakan mineral oksida dari timah SnO2, dengan kandungan timah berkisar 78%.
Contoh lain sumber biji timah yang lain dan kurang mendapat perhatian daripada
cassiterite adalah kompleks mineral sulfide yaitu stanite (Cu2FeSnS4) merupakan
mineral kompleks antara tembaga-besi-timah-belerang dan cylindrite
(PbSn4FeSb2S14) merupakan mineral kompleks dari
timbale-timah-besi-antimon-belerang dua contoh mineral ini biasanya ditemukan
bergandengan dengan mineral logam yang lain seperti perak.
Timah merupakan unsur
ke-49 yang paling banyak terdapat di kerak bumi dimana timah memiliki kandungan
2 ppm jika dibandingkan dengan seng 75 ppm, tembaga 50 ppm, dan 14 ppm untuk
timbal. Cassiterite banyak ditemukan dalam deposit alluvial/alluvium yaitu
tanah atau sediment yang tidak berkonsolidasi membentuk bongkahan batu dimana
dapat dapat mengendap di dasar laut, sungai, atau danau. Alluvium terdiri dari
berbagai macam mineral seperti pasir, tanah liat, dan batu-batuan kecil. Hampir
80% produksi timah diperoleh dari alluvial/alluvium atau istilahnya deposit
sekunder. Diperkirakan untuk mendapatkan 1 Kg Cassiterite maka sekitar 7 samapi
8 ton biji timah/alluvial harus ditambang disebabkan konsentrasi cassiterite
sangat rendah.
Dibumi timah tersebar
tidak merata akan tetapi terdapat dalam satu daerah geografi dimana sumber
penting terdapat di Asia tenggara termasuk china, Myanmar, Thailand, Malaysia,
dan Indonesia. Hasil yang tidak sebegitu banyak diperoleh dari Peru, Afrika
Selatan, UK, dan Zimbabwe.
Cassiterite
Cassiterite adalah mineral timah oksida dengan rumus SnO2. Berbentuk
kristal dengan banyak permukaan mengkilap sehingga tampak seperti batu
perhiasan. Kristal tipis Cassiterite tampak translusen. Cassiterite adalah
sumber mineral untuk menghasilkan logam timah yang utama dan biasanya terdapat
dialam di alluvial atau aluvium.
Stannite
Stannite adalah mineral sulfida dari tembaga, besi dan timah. Rumus
kimianya adalah Cu2FeSnS4 dan merupakan salah satu mineral yang dipakai untuk
memproduksi timah. Stannite mengandung sekitar 28% timah, 13% besi, 30%
tembaga, dan 30% belerang. Stannite berwarna biru hingga abu-abu.
Cylindrite
Cylindrite merupakan mineral sulfonat yang mengandung timah, timbal,
antimon, dan besi. Rumus mineral ini adalah Pb2Sn4FeSb2S14. Cylindrite
membentuk kristal pinakoidal triklinik dimana biasanya berbentuk silinder atau
tube dimana bentuk nyatanya adalah gulungan dari lembaran kristal ini. Warna
cylindrite adalah abu-abu metalik dengan spesifik gravity 5,4. Pertama kali
ditemukan di Bolivia pada tahun 1893.
Timah terutama terdapat sebagai kaserit, SnO2.
Bijih mula-mula dipekatkan melalui metode pengembangan kemudian dipanggang. Karena
bijih telah berbentuk oksida, tujuan pemanggangan ialah untuk mengoksidasi
logam pengotor dan memisahkan belerang
dan arsen menjadi bentuk volatile. Berikutnya oksida diereduksi dengan karbon (
batubara ).
SnO2(P) + 2C(P) Sn (c) + 2CO (g)
Timah dari reaksi diatas dimurnikan melalui
pelelehan ulang. Timah yang mudah meleleh ini dituang dalam bentuk yang belum
meleleh. Pengotor yang tetap larut dalam timah cair terosidasi dan dipisahkan
dengan cara mengambil lapisan oksida yang terbentuk dipermukaan cairan.
1.3 Sifat-Sifat Timah
Sifat khas :
1.
Timah termasuk golongan IV B
2.
Mempunyai bilangan oksidasi +2
dan + 4
3.
Bersifat amfoter
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Umum
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
timah, Sn,
50
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
7310 kg/m3, 1.5
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Properti Atomik
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
118.710 sma
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
145 (145) pm
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
141 pm
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
217 pm
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
2, 8, 18,
18, 4
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
4,2 (amfoter)
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Tetragonal
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Ciri-Ciri Fisik
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Padat
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
2875 K
(4716 °F)
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
295.8 kJ/mol
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
7.029 kJ/mol
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
2500 m/s pada 293.15 K
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Lain-lain
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
1.96 (Skala
Pauling)
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
228 J/(kg*K)
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
9.17 106/(m·ohm)
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
66.6 W/(m*K)
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
potensial
ionisasi pertama
|
708.6 kJ/mol
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
potensial
ionisasi ke-2
|
1411.8
kJ/mol
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
potensial
ionisasi ke-3
|
2943.0
kJ/mol
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
potensial
ionisasi ke-4
|
3930.3
kJ/mol
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
potensial
ionisasi ke-5
|
7456 kJ/mol
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Isotop paling stabil
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
·
Timah merupakan logam lunak, fleksibel,
dan warnanya abu-abu metalik. Timah tidak mudah dioksidasi dan tahan terhadap
korosi disebabkan terbentuknya lapisan oksida timah yang menghambat proses
oksidasi lebih jauh. Timah tahan terhadap korosi air distilasi dan air laut,
akan tetapi dapat diserang oleh asam kuat, basa, dan garam asam. Proses
oksidasi dipercepat dengan meningkatnya kandungan oksigen dalam larutan.
·
Jika timah dipanaskan dengan
adanya udara maka akan terbentuk SnO2.
·
Timah
ada dalam dua alotrop yaitu timah alfa dan beta. Timah alfa biasa disebut timah
abu-abu dan stabil dibawah suhu 13,2 C dengan struktur ikatan kovalen seperti
diamond. Sedangkan timah beta berwarna putih dan bersifat logam,
stabil pada suhu tinggi, dan bersifat sebagai konduktor.
·
Timah
larut dalam HCl, HNO3, H2SO4, dan beberapa pelarut organic seperti asam asetat
asam oksalat dan asam sitrat. Timah juga larut dalam basa kuat seperti NaOH dan
KOH.
·
Timah umumnya memiliki bilangan
oksidasi +2 dan +4. Timah(II) cenderung memiliki sifat logam dan mudah diperoleh
dari pelarutan Sn dalam HCl pekat panas.
·
Timah bereaksi dengan klorin
secara langsung membentuk Sn(IV) klorida.
·
Hidrida timah yang stabil hanya
SnH4.
Bentuk
Unsur ini memiliki 2 bentuk alotropik
pada tekanan normal. Jika dipanaskan timag abu-abu ( timah alfa ) dengan
struktur kubus berubah pada 13.2 oC menjadi timah putih ( timah beta
) yang memiliki struktur tetragonal. Ketika timah didinginkan pada suhu 13.2 oC,
ia pelanpelan berubah dari putih menjadi abu-abu. Perubahan ini disebabkan
ketidakmurnian ( impurities ) seperti
alumunium dan seng, dan dapat dicegah dengan menambahkan antimony atau bismut.
Timah abu-abu memiliki sedikit kegunaan. Timah dapat dipoles sangat licin dan
digunakan untuk menyelimuti logam lain untuk mencegah korosi dan reaksi kimia. Lapisan tipis timah pada baja digunakan
untuk membuat makanan tahan lama.
Campuran logam timah
sangat penting. Solder lunak, perunggu, logam babbit, logam bel, logam putih,
campuran logam bentukan dan perunggu fosfor adalah beberapa campuran logam yang
mengandung timah. Timah dapat menahan air laut yang telah didistilasi dan air
keran, tetapi mudah terserang oleh asam yang kuat, alkali dan garam asam. Oksigen dalam suatu solusi dapat
mempercepat aksi serangan kimia-kimia tersebut. Jika dipanaskan dalam udara, timah membentuk Sn2,
sedikit asam, dan membentuk stannate salts dengan oksida. Garam yang
paling penting adalah klorida, yang digunakan sebagai agen reduksi. Garam timah
yang disemprotkan pada gelas digunakan untuk membuat lapisan konduktor listrik.
Aplikasi ini telah dipakai untuk kaca mobil yang tahan beku. Kebanyakan kaca
jendela sekarang ini dibuat dengan mengapungkan gelas cair di dalam timah cair
untuk membentuk permukaan datar (proses Pilkington). Baru-baru ini, campuran
logam kristal timah-niobium menjadi superkonduktor pada suhu sangat rendah,
menjadikannya sebagai bahan konstruksi magnet superkonduktif yang menjanjikan.
Magnet tersebut, yang terbuat oleh kawat timah-niobium memiliki berat hanya
beberapa kilogram tetapi dengan baterai yang kecil dapat memproduksi medan
magnet hampir sama dengan kekuatan 100 ton elektromagnet yang dijalankan dengan
sumber listrik yang besar.
1.4 Pembuatan Timah
Cara
pembuatannya yaitu:
- bijih dicuci dan dipekatkan dengan cara megnetik
- dipanggang untuk menghilangkan arsen dan belerang
- reduksi dengan antrasit atau kokas
SnO2 (s) + 2 C (s) Sn (c) + 2 CO(g)
Timah (Sn) dapat dibuat dari SnO2 yang terdapat dalam
bijih logam yang disebut kaseteril. Bila bijih itu dipanaskan kuat di udara
akan menguap
oksida dan zat lainnya. Kemudian SnO2 direduksi dengan karbon
SnO2 (s) + C (s)
Sn
(c) + CO2(g)
Logam timah
dapat juga dimurnikan dengan cara elektrolisis dan akan didapat timah pada
katoda.
Berbagai macam metode dipakai untuk membuat timah dari biji timah
tergantung dari jenis biji dan kandungan impuritas dari biji timah. Bijih timah
yang biasa digunakan untuk produksi adalah dengan kandungan 0,8-1% (persen
berat) timah atau sedikitnya 0,015% untuk biji timah berupa bongkahan-bongkahan
kecil. Biji timah dihancurkan dan kemudian dipisahkan dari material-material
yang tidak diperlukan, adakalanya biji yang telah dihancurkan dilewatkan dalam
“floating tank” dan titambahkan zat kimia tertentu sehingga biji timahnya bisa
terapung sehingga bisa dipisahkan dengan mudah.
Biji timah kemudian
dikeringkan dan dilewatkan dalam alat pemisah magnetik sehingga kita dapat
memisahkan biji timah dari impuritas yang berupa logam besi. Biji timah yang
keluar dari proses ini memiliki konsentrasi timah antara 70-77% dan hampir
semuanya berupa mineral Cassiterite.
Cassiterite selanjutnya diletakkan
dalam furnace bersama dengan karbon dalam bentuk coal atau minyak bumi.
Adakalanya juga ditambahkan limestone dan pasir untuk menghilangkan
impuritasnya kemudian material dipanaskan pada suhu 1400 C. Karbon bereaksi
dengan CO2 yang ada didalam furnace membentuk CO, CO ini kemudian bereaksi
dengan cassiterite membentuk timah dan karbondioksida. Logam timah yang
dihasilkan dipisahkan melalui bagian bawah furnace untuk diproses lebih lanjut.
Untuk memperoleh timah dengan kemurnian yang tinggi maka dapat dilakukan dengan
menggunakan proses elektrolisis. Dengan cara ini kemurnian timah yang diperoleh
bisa mencapai 99,8%.
Adapun Proses pengolahan mineral timah ini
meliputi banyak proses, yaitu :
• Washing atau Pencucian
Pencucian timah dilakukan dengan memasukkan bijih timah ke dalam ore bin yang berkapasitas 25 drum per unit dan mampu melakukan pencucian 15 ton bijh per jam. Di dalam ore bin itu bijih dicuci dengan menggunakan air tekanan dan debit yang sesuai dengan umpan.
• Pemisahan berdasarkan ukuran atau screening/sizing dan uji kadar
Bijih yang didapatkan dari hasil pencucian pada ore bin lalu dilakukan pemisahan berdasarkan ukuran dengan menggunakan alat screen,mesh, setelah itu dilakukan pengujian untuk mengetahui kadar bijih setelah pencucian. Prosedur penelitian kadar tersebut adalah mengamatinya dengan mikroskop dan menghitung jumlah butir dimana butir timah dan pengotornya memiliki karakteristik yang berbeda sehinga dapat diketahui kadar atau jumlah kandungan timah pada bijih.
• Pemisahan berdasarkan berat jenis
Proses pemisahan ini menggunakan alat yang disebut jig Harz.bijih timah yang mempunyai berat jenis lebih berat akanj mengalir ke bawah yang berarti kadar timah yang diinginkan sudah tinggi sedangkan sisanya, yang berkadar rendah yang juga berarti mengandung pengotor atau gangue lainya seperti quarsa , zircon, rutile, siderit dan sebagainya akan ditampung dan dialirkan ke dalam trapezium Jig Yuba.
• Pengolahan tailing
Dahulu tailing timah diolah kembali untuk diambil mineral bernilai yang mungkin masih tersisa didalam tailing atau buangan. Prosesnya adalah dengan gaya sentrifugal. Namun saat ini proses tersebut sudah tidak lagi digunakan karena tidak efisien karena kapasitas dari alat pengolah ini adalah 60 kg/jam.
• Proses Pengeringan
Proses pengeringan dilakukan didalam rotary dryer. Prinsip kerjanya adalah dengan memanaskan pipa besi yang ada di tengah – tengah rotary dryer dengan cara mengalirkan api yang didapat dari pembakaran dengan menggunakan solar.
• Klasifikasi
Bijih – bijih timah selanjutnya akan dilakukan proses – proses pemisahan/klasifikasi lanjutan yakni:
ü klasifikasi berdasarkan ukuran butir dengan screening
ü klasifikasi berdasarkan sifat konduktivitasnya dengan High Tension separator.
ü klasifikasi berdasarkan sifat kemagnetannya dengan Magnetic separator.
ü Klasifikasi berdasarkan berat jenis dengan menggunakan alat seperti shaking table , air table dan multi gravity separator(untuk pengolahan terak/tailing).
• Pemisahan Mineral Ikutan
Mineral ikutan pada bijih timah yang memiliki nilai atau value yang terbilang tinggi seperti zircon dan thorium( unsur radioaktif ) akan diambil dengan mengolah kembali bijih timah hasil proses awal pada Amang Plant. Mula – mula bijih diayak dengan vibrator listrik berkecepatan tinggi dan disaring/screening sehingga akan terpisah antara mineral halus berupa cassiterite dan mineral kasar yang merupakan ikutan. Mineral ikutan tersebut kemudian diolah pada air table sehingga menjadi konsentrat yang selanjutnya dilakukan proses smelting, sedangkan tailingnya dibuang ke tempat penampungan. Mineral – mineral tersebut lalu dipisahkan dengan high tension separator –pemisahan berdasarkan sifat konduktor – nonkonduktornya atau sifat konduktivitasnya. Mineral konduktor antara lain: Cassiterite dan Ilmenite. Mineral nonconductor antara lain: Thorium, Zircon dan Xenotime. Lalu masing – masing dipisahkan kembali berdasarkan kemagnetitanya dengan magnetic separation sehingga dihasilkan secara terpisah, thorium dan zircon.
• Proses pre-smelting
Setelah dilakukan proses pengolahan mineral dilakukan proses pre-smelting yaitu proses yang dilakukan sebelum dilakukannya proses peleburan, misalnya preparasi material,pengontrolan dan penimbangan sehingga untuk proses pengolahan timah akan efisien.
• Proses Peleburan ( Smelting )
Ada dua tahap dalam proses peleburan :
- Peleburan tahap I yang menghasilkan timah kasar dan slag/terak.
- Peleburan tahap II yakni peleburan slag sehingga menghasilkan hardhead dan slag II.
Proses peleburan berlangsung seharian –24 jam dalam tanur guna menghindari kerusakan pada tanur/refraktori. Umumnya terdapat tujuh buah tanur dalam peleburan. Pada tiap tanur terdapat bagian – bagian yang berfungsi sebagai panel kontrol: single point temperature recorder, fuel oil controller, pressure recorder, O2 analyzer,multipoint temperature recorder dan combustion air controller. Udara panas yang dihembuskan ke dalam mfurnace atau tanur berasal dari udara luar / atmosfer yang dihisap oleh axial fan exhouster yang selanjutnya dilewatkan ke dalam regenerator yang mengubahnya menjadi panas.
Tahap awal peleburan baik peleburan I dan II adalah proses charging yakni bahan baku –bijih timah atau slagI dimasukkan kedalam tanur melalui hopper furnace. Dalam tanur terjadi proses reduksi dengan suhu 1100 – 15000C.unsure – unsure pengotor akan teroksidasi menjadi senyawa oksida seperti As2O3 yang larut dalam timah cair. Sedangkan SnO tidak larut semua menjadi logam timah murni namun adapula yang ikut ke dalam slag dan juga dalam bentuk debu bersamaan dengan gas – gas lainnya. Setelah peleburan selesai maka hasilnya dimasukkan ke foreheart untuk melakukan proses tapping. Sn yang berhasil dipisahkan selanjutnya dimasukkan kedalam float untuk dilakukan pendinginan /penurunan temperatur hingga 4000C sebelum dipindahkan ke dalam ketel.sedangkan hardhead dimasukkan ke dalm flame oven untuk diambil Sn dan timah besinya.
• Proses Refining ( Pemurnian )
- Pyrorefining
Yaitu proses pemurnian dengan menggunakan panas diatas titik lebur sehingga material yang akan direfining cair, ditambahkan mineral lain yang dapat mengikat pengotor atau impurities sehingga logam berharga dalam hal ini timah akan terbebas dari impurities atau hanya memiliki impurities yang amat sedikit, karena afinitas material yang ditambahkan terhadap pengotor lebih besar dibanding Sn. Contoh material lain yang ditambahkan untuk mengikat pengotor: serbuk gergaji untuk mengurangi kadar Fe, Aluminium untuk untuk mengurangi kadar As sehingga terbentuk AsAl, dan penambahan sulfur untuk mengurangi kadar Cu dan Ni sehingga terbentuk CuS dan NiS. Hasil proses refining ini menghasilkan logam timah dengan kadar hingga 99,92% (pada PT.Timah). Analisa kandungan impurities yang tersisa juga diperlukan guina melihat apakah kadar impurities sesuai keinginan, jika tidak dapat dilakukan proses refining ulang.
- Eutectic Refining
Yaitu proses pemurnian dengan menggunakan crystallizer dengan bantuan agar parameter proses tetap konstansehingga dapat diperoleh kualitas produk yang stabil. Proses pemurnian ini bertujuan mengurangi kadar Lead atau Pb yang terdapat pada timah sebagai pengotor /impuritiesnya. Adapun prinsipnya adalah berhubungan dengan temperatur eutectic Pb- Sn, pada saat eutectic temperature lead pada solid solution berkisar 2,6% dan aakan menurun bersamaan dengan kenaikan temperatur, dimana Sn akan meningkat kadarnya. Prinsip utamnya adalah dengan mempertahankan temperatur yang mendekati titik solidifikasi timah.
- Electrolitic Refining
Yaitu proses pemurnian logam timah sehingga dihasilkan kadar yang lebih tinggi lagi dari pyrorefining yakni 99,99%( produk PT. Timah: Four Nine ). Proses ini melakukan prinsip elektrolisis atau dikenal elektrorefining.Proses elektrorefining menggunakan larutan elektrolit ytang menyediakan logam dengan kadar kemurnian yang sangat tinggi dengan dua komponen utama yaitu dua buah elektroda –anoda dan katoda –yang tercelup ke dalam bak elektrolisis.Proses elektrorefining yang dilakukan PT.Timah menggunakan bangka four nine (timah berkadar 99,99% ) yang disebut pula starter sheetsebagai katodanya, berbentuk plat tipis sedangkan anodanya adalah ingot timah yang beratnya berkisar 130 kg dan larutan elektrolitnya H2SO4. proses pengendapan timah ke katoda terjadi karena adanya migrasi dari anoda menuju katoda yang disebabkan oleh adanya arus listrik yang mengalir dengan voltase tertentu dan tidak terlalu besar.
• Pencetakan
Pencetakan ingot timah dilakukan secara manual dan otomatis. Peralatan pencetakan secara manual adalah melting kettle dengan kapasitas 50 ton, pompa cetak and cetakan logam. Proses ini memakan waktu 4 jam /50 ton, dimana temperatur timah cair adalah 2700C. Sedangkan proses pencetakan otomatis menggunakan casting machine, pompa cetak, dan melting kettleberkapasitas 50 ton dengan proses yang memakan waktu hingga 1 jam/60 ton.
Langkah – langkah pencetakan:
1. Timah yang siap dicetak disalurkan menuju cetakan.
2. Ujung pipa penyalur diatur dengan menletakkannya diatas cetakan pertama pada serinya, aliran timah diatur dengan mengatur klep pada piapa penyalur.
3. Bila cetakan telah penuh maka pipa penyalur digeser ke cetakan berikutnyadan permukaan timah yang telah dicetak dibersihkan dari drossnya dan segera dipasang capa pada permukaan timah cair.
4. Kecepatan pencetakan diatur sedemikian rupa sehingga laju pendinginan akan merata sehingga ingot yang dihasilkan mempunyai kulitas yang bagus atau sesuai standar.
5. Ingot timah ynag telah dingin disusun dan ditimbang.
• Washing atau Pencucian
Pencucian timah dilakukan dengan memasukkan bijih timah ke dalam ore bin yang berkapasitas 25 drum per unit dan mampu melakukan pencucian 15 ton bijh per jam. Di dalam ore bin itu bijih dicuci dengan menggunakan air tekanan dan debit yang sesuai dengan umpan.
• Pemisahan berdasarkan ukuran atau screening/sizing dan uji kadar
Bijih yang didapatkan dari hasil pencucian pada ore bin lalu dilakukan pemisahan berdasarkan ukuran dengan menggunakan alat screen,mesh, setelah itu dilakukan pengujian untuk mengetahui kadar bijih setelah pencucian. Prosedur penelitian kadar tersebut adalah mengamatinya dengan mikroskop dan menghitung jumlah butir dimana butir timah dan pengotornya memiliki karakteristik yang berbeda sehinga dapat diketahui kadar atau jumlah kandungan timah pada bijih.
• Pemisahan berdasarkan berat jenis
Proses pemisahan ini menggunakan alat yang disebut jig Harz.bijih timah yang mempunyai berat jenis lebih berat akanj mengalir ke bawah yang berarti kadar timah yang diinginkan sudah tinggi sedangkan sisanya, yang berkadar rendah yang juga berarti mengandung pengotor atau gangue lainya seperti quarsa , zircon, rutile, siderit dan sebagainya akan ditampung dan dialirkan ke dalam trapezium Jig Yuba.
• Pengolahan tailing
Dahulu tailing timah diolah kembali untuk diambil mineral bernilai yang mungkin masih tersisa didalam tailing atau buangan. Prosesnya adalah dengan gaya sentrifugal. Namun saat ini proses tersebut sudah tidak lagi digunakan karena tidak efisien karena kapasitas dari alat pengolah ini adalah 60 kg/jam.
• Proses Pengeringan
Proses pengeringan dilakukan didalam rotary dryer. Prinsip kerjanya adalah dengan memanaskan pipa besi yang ada di tengah – tengah rotary dryer dengan cara mengalirkan api yang didapat dari pembakaran dengan menggunakan solar.
• Klasifikasi
Bijih – bijih timah selanjutnya akan dilakukan proses – proses pemisahan/klasifikasi lanjutan yakni:
ü klasifikasi berdasarkan ukuran butir dengan screening
ü klasifikasi berdasarkan sifat konduktivitasnya dengan High Tension separator.
ü klasifikasi berdasarkan sifat kemagnetannya dengan Magnetic separator.
ü Klasifikasi berdasarkan berat jenis dengan menggunakan alat seperti shaking table , air table dan multi gravity separator(untuk pengolahan terak/tailing).
• Pemisahan Mineral Ikutan
Mineral ikutan pada bijih timah yang memiliki nilai atau value yang terbilang tinggi seperti zircon dan thorium( unsur radioaktif ) akan diambil dengan mengolah kembali bijih timah hasil proses awal pada Amang Plant. Mula – mula bijih diayak dengan vibrator listrik berkecepatan tinggi dan disaring/screening sehingga akan terpisah antara mineral halus berupa cassiterite dan mineral kasar yang merupakan ikutan. Mineral ikutan tersebut kemudian diolah pada air table sehingga menjadi konsentrat yang selanjutnya dilakukan proses smelting, sedangkan tailingnya dibuang ke tempat penampungan. Mineral – mineral tersebut lalu dipisahkan dengan high tension separator –pemisahan berdasarkan sifat konduktor – nonkonduktornya atau sifat konduktivitasnya. Mineral konduktor antara lain: Cassiterite dan Ilmenite. Mineral nonconductor antara lain: Thorium, Zircon dan Xenotime. Lalu masing – masing dipisahkan kembali berdasarkan kemagnetitanya dengan magnetic separation sehingga dihasilkan secara terpisah, thorium dan zircon.
• Proses pre-smelting
Setelah dilakukan proses pengolahan mineral dilakukan proses pre-smelting yaitu proses yang dilakukan sebelum dilakukannya proses peleburan, misalnya preparasi material,pengontrolan dan penimbangan sehingga untuk proses pengolahan timah akan efisien.
• Proses Peleburan ( Smelting )
Ada dua tahap dalam proses peleburan :
- Peleburan tahap I yang menghasilkan timah kasar dan slag/terak.
- Peleburan tahap II yakni peleburan slag sehingga menghasilkan hardhead dan slag II.
Proses peleburan berlangsung seharian –24 jam dalam tanur guna menghindari kerusakan pada tanur/refraktori. Umumnya terdapat tujuh buah tanur dalam peleburan. Pada tiap tanur terdapat bagian – bagian yang berfungsi sebagai panel kontrol: single point temperature recorder, fuel oil controller, pressure recorder, O2 analyzer,multipoint temperature recorder dan combustion air controller. Udara panas yang dihembuskan ke dalam mfurnace atau tanur berasal dari udara luar / atmosfer yang dihisap oleh axial fan exhouster yang selanjutnya dilewatkan ke dalam regenerator yang mengubahnya menjadi panas.
Tahap awal peleburan baik peleburan I dan II adalah proses charging yakni bahan baku –bijih timah atau slagI dimasukkan kedalam tanur melalui hopper furnace. Dalam tanur terjadi proses reduksi dengan suhu 1100 – 15000C.unsure – unsure pengotor akan teroksidasi menjadi senyawa oksida seperti As2O3 yang larut dalam timah cair. Sedangkan SnO tidak larut semua menjadi logam timah murni namun adapula yang ikut ke dalam slag dan juga dalam bentuk debu bersamaan dengan gas – gas lainnya. Setelah peleburan selesai maka hasilnya dimasukkan ke foreheart untuk melakukan proses tapping. Sn yang berhasil dipisahkan selanjutnya dimasukkan kedalam float untuk dilakukan pendinginan /penurunan temperatur hingga 4000C sebelum dipindahkan ke dalam ketel.sedangkan hardhead dimasukkan ke dalm flame oven untuk diambil Sn dan timah besinya.
• Proses Refining ( Pemurnian )
- Pyrorefining
Yaitu proses pemurnian dengan menggunakan panas diatas titik lebur sehingga material yang akan direfining cair, ditambahkan mineral lain yang dapat mengikat pengotor atau impurities sehingga logam berharga dalam hal ini timah akan terbebas dari impurities atau hanya memiliki impurities yang amat sedikit, karena afinitas material yang ditambahkan terhadap pengotor lebih besar dibanding Sn. Contoh material lain yang ditambahkan untuk mengikat pengotor: serbuk gergaji untuk mengurangi kadar Fe, Aluminium untuk untuk mengurangi kadar As sehingga terbentuk AsAl, dan penambahan sulfur untuk mengurangi kadar Cu dan Ni sehingga terbentuk CuS dan NiS. Hasil proses refining ini menghasilkan logam timah dengan kadar hingga 99,92% (pada PT.Timah). Analisa kandungan impurities yang tersisa juga diperlukan guina melihat apakah kadar impurities sesuai keinginan, jika tidak dapat dilakukan proses refining ulang.
- Eutectic Refining
Yaitu proses pemurnian dengan menggunakan crystallizer dengan bantuan agar parameter proses tetap konstansehingga dapat diperoleh kualitas produk yang stabil. Proses pemurnian ini bertujuan mengurangi kadar Lead atau Pb yang terdapat pada timah sebagai pengotor /impuritiesnya. Adapun prinsipnya adalah berhubungan dengan temperatur eutectic Pb- Sn, pada saat eutectic temperature lead pada solid solution berkisar 2,6% dan aakan menurun bersamaan dengan kenaikan temperatur, dimana Sn akan meningkat kadarnya. Prinsip utamnya adalah dengan mempertahankan temperatur yang mendekati titik solidifikasi timah.
- Electrolitic Refining
Yaitu proses pemurnian logam timah sehingga dihasilkan kadar yang lebih tinggi lagi dari pyrorefining yakni 99,99%( produk PT. Timah: Four Nine ). Proses ini melakukan prinsip elektrolisis atau dikenal elektrorefining.Proses elektrorefining menggunakan larutan elektrolit ytang menyediakan logam dengan kadar kemurnian yang sangat tinggi dengan dua komponen utama yaitu dua buah elektroda –anoda dan katoda –yang tercelup ke dalam bak elektrolisis.Proses elektrorefining yang dilakukan PT.Timah menggunakan bangka four nine (timah berkadar 99,99% ) yang disebut pula starter sheetsebagai katodanya, berbentuk plat tipis sedangkan anodanya adalah ingot timah yang beratnya berkisar 130 kg dan larutan elektrolitnya H2SO4. proses pengendapan timah ke katoda terjadi karena adanya migrasi dari anoda menuju katoda yang disebabkan oleh adanya arus listrik yang mengalir dengan voltase tertentu dan tidak terlalu besar.
• Pencetakan
Pencetakan ingot timah dilakukan secara manual dan otomatis. Peralatan pencetakan secara manual adalah melting kettle dengan kapasitas 50 ton, pompa cetak and cetakan logam. Proses ini memakan waktu 4 jam /50 ton, dimana temperatur timah cair adalah 2700C. Sedangkan proses pencetakan otomatis menggunakan casting machine, pompa cetak, dan melting kettleberkapasitas 50 ton dengan proses yang memakan waktu hingga 1 jam/60 ton.
Langkah – langkah pencetakan:
1. Timah yang siap dicetak disalurkan menuju cetakan.
2. Ujung pipa penyalur diatur dengan menletakkannya diatas cetakan pertama pada serinya, aliran timah diatur dengan mengatur klep pada piapa penyalur.
3. Bila cetakan telah penuh maka pipa penyalur digeser ke cetakan berikutnyadan permukaan timah yang telah dicetak dibersihkan dari drossnya dan segera dipasang capa pada permukaan timah cair.
4. Kecepatan pencetakan diatur sedemikian rupa sehingga laju pendinginan akan merata sehingga ingot yang dihasilkan mempunyai kulitas yang bagus atau sesuai standar.
5. Ingot timah ynag telah dingin disusun dan ditimbang.
Kecenderungan Keadaan Oksidasi Golongan 4
Beberapa contoh kecenderungan keadaan oksidasi
Kecenderungan secara keseluruhan
Keadaan oksidasi yang
umum untuk golongan 4 adalah +4, ditemukan pada senyawa CCl4, SiCl4
dan SnO2.
Jika anda bergerak ke
bawah dalam satu golongan, ada banyak contoh dengan keadaan oksidasi +2,
seperti SnCl2, PbO, dan Pb2+.
Pada timah, keadaan +4
masih lebih stabil dibandingkan +2, tetapi pada timbal, keadaan +2 lebih stabil
- dan mendominasi kimia timbal.
Contoh pada kimia timah
Jika anda bergerak ke
bawah dalam satu golongan sampai pada timah, keadaan oksidasi +2 secara umum
meningkat, dan ada yang menarik pada senyawa timah(II) dan timah(IV). Timah(IV)
merupakan keadaan oksidasi timah yang lebih stabil.
Itu artinya akan mudah
mengubah senyawa timah(II) menjadi senyawa timah(IV). Hal ini ditunjukkan
dengan baik pada ion Sn2+ dalam larutan yang merupakan agen
pereduksi yang baik.
Sebagai contoh, larutan
yang mengandung ion timah(II) (misalnya larutan timah(II) klorida) akan
mereduksi larutan iod menjadi ion iodida. Pada proses tersebut, ion timah(II) dioksidasi menjadi ion timah(IV).
Ion timah(II) juga mereduksi ion besi(III) menjadi ion besi(II). Sebagai
contoh larutan timah(II) klorida akan mereduksi larutan besi(III) klorida
menjadi larutan besi(II) klorida. Pada proses ini, ion timah(II) dioksidasi
menjadi ion timah(IV) yang lebih stabil.
Ion timah(II) juga, tentu
saja, mudah dioksidasi oleh agen pengoksidasi yang sangat kuat seperti larutan
kalium mangan(VII) (larutan kalium permanganat) dalam kondisi asam. Reaksi ini
dapat digunakan dalam titrasi untuk menentukan konsentrasi ion timah(II) dalam
suatu larutan.
Dan sebagai contoh terakhir . . .
Dalam kimia organik,
timah dan asam klorida pekat digunakan untuk mereduksi nitrobenzena menjadi
fenilamin (anilin). Reaksi
ini melibatkan timah yang teroksidasi menjadi ion timah(II) dan kemudian
menjadi ion timah(IV).
Mencoba menjelaskan kecenderungan keadaan oksidasi
Tidak ada yang mengejutkan tentang keadaan oksidasi yang normal pada
golongan 4 yaitu +4. Semua unsur pada golongan 4 memiliki struktur elektron
terluar ns2npx1npy1,
dimana n bervariasi dari 2 (untuk karbon) sampai 6 (untuk timbal). Pada keadaan oksidasi +4 semua elektron
terluar terlibat secara langsung dalam ikatan.Pada bagian bawah golongan, ada
kecenderungan peningkatan untuk tidak menggunakan pasangan s2 dalam
pembentukan ikatan. Ini sering disebut dengan efek pasangan inert - dan hal ini dominan pada kimia
timbal.Tidak ada penjelasan apapun dari penamaan "efek pasangan
inert" Anda perlu mengetahui dua penjelasan yang berbeda tergantung pada
apa yang anda bicarakan, pembentukan ikatan ionik atau ikatan kovalen.
Efek pasangan inert pada pembentukan ikatan ionik
Jika unsur golongan 4 membentuk ion 2+, maka unsur tersebut akan kehilangan
elektron pada orbital p, menyisakan pasangan s2 yang tidak terpakai.
Misalnya, untuk membentuk ion timbal(II), timbal akan kehilangan dua elektron
6p, elektron 6s tidak mengalami perubahan - sebagai "pasangan inert".
Secara normal anda akan mengharapkan energi ionisasi turun dari atas ke bawah
dalam satu golongan karena elektron lebih jauh dari inti. Hal itu tidak terjadi
pada golongan 4.
Tabel pertama menunjukkan energi ionisasi total yang diperlukan untuk
membentuk ion 2+ bervariasi dari atas ke bawah dalam satu golongan. Nilainya dinyatakan dalam kJ mol-1.
Perhatikanlah,
antara timah dan timbal terdapat sedikit peningkatan.
Ini artinya sedikit lebih sulit untuk menghilangkan elektron p pada timbal
daripada pada timah. Jika anda melihat pola lepasnya 4 elektron, perbedaan
antara timah dan timbal lebih menarik. Peningkatan energi ionisasi yang relatif
besar antara timah dan timbal disebabkan karena pasangan 6s2 pada
timbal secara signifikan lebih sulit untuk dihilangkan daripada pasangan 5s2
pada timah.
Sekali lagi, nilainya
dalam kJ mol-1, dan dua tabel tersebut mempunyai skala yang hampir
sama. Hal tersebut dapat
dijelaskan dengan teori relativitas. Pada unsur yang lebih berat seperti
timbal, ada kecenderungan untuk menarik elektron lebih dekat ke inti daripada
yang diperkirakan, dikenal sebagai kontraksi
relativistik elektron. Karena elektron lebih dekat dengan inti, maka
lebih sulit untuk dilepaskan. Pada unsur yang lebih berat pengaruh ini lebih
besar.Pengaruh ini lebih besar pada elektron s daripada elektron p.
Pada contoh timbal, adanya kontraksi relativistik menyebabkan elektron 6s
lebih sulit dilepaskan secara energetika dari yang anda perkirakan. Energi yang
dilepaskan ketika ion terbentuk (seperti entalpi kisi atau entalpi hidrasi)
tidak cukup untuk mengimbangi tambahan energi akibat adanya kontraksi
relativistik. Artinya secara energetika tidak disukai bagi timbal untuk
membentuk ion 4+.
Efek pasangan inert pada
pembentukan ikatan kovalen
Anda perlu memikirkan mengapa karbon secara normal membentuk empat ikatan
kovalen bukan dua.
Dengan menggunakan notasi elektron dalam kotak, struktur elektron terluar
karbon terlihat seperti ini:
Pada gambar hanya ada dua elektron tak berpasangan. Sebelum membentuk
ikatan, secara normal karbon akan mendorong satu elektron dari orbital s untuk
mengisi orbital p yang kosong.
Akhirnya terdapat 4
elektron tak berpasangan yang (setelah hidridisasi) dapat membentuk 4 ikatan
kovalen.Hal itu bermanfaat untuk menyediakan energi untuk mendorong elektron
orbital s, karenanya karbon dapat membentuk ikatan kovalen dua kali lebih
banyak. Masing-masing ikatan
kovalen yang terbentuk melepaskan energi yang cukup untuk keperluan promosi.
Satu penjelasan yang mungkin, mengapa timbal tidak melakukan hal yang sama
adalah karena terjadi penurunan energi ikatan dari atas ke bawah dalam satu
golongan. Energi ikatan cenderung turun dengan makin besarnya ukuran atom dan
makin jauhnya jarak pasangan ikatan dengan dua inti serta lebih terlindungi
dari inti.
Sebagai contoh, energi yang dilepaskan ketika dua ikatan tambahan Pb-X
(dengan X adalah H atau Cl atau apapun) terbentuk tidak mampu mengimbangi
besarnya energi tambahan yang diperlukan untuk mendorong elektron 6s ke orbital
6p yang kosong. Hal ini akan lebih sulit, tentu saja, jika beda energi antara
orbital 6s dan 6p bertambah dengan adanya kontraksi relativistik dari orbital
6s.
1.5 Senyawa Timah
Timah,
Senyawaan yang terpenting adalah SnF2 dan SnCl2, yang
diperoleh dengan pemanasan Sn dengan hf dan hcl gas. Fluoridanya cukup larut
dalam air dan digunakan dalam pasta gigi yang mengandung fluorida. Air
menghidrolisis SnCl2 menjadi klorida yang bersifat basa, tetapi dari
larutan asam encer SnCl2.2H2O dapat terkristalisasi.
Kedua halidanya larut dalam larutan yang mengandung ion halida berlebihan,
jadi:
SnF2
+ F- = SnF3- pK » 1
SnCl2 + Cl-
= SnCl3- pK
» 1
Dalam
larutan akua fluorida, SnF3- adalah spesies yang utama,
tetapi ion-ion SnF+ dan Sn2F5 dapat dideteksi.
Halida
larutan dalam pelarut donor seperti
aseton, piridin, atau DMSO, menghasilkan adduct peramidal, SnCl2OC(CH3)2.
Ion Sn2+ yang sangat peka
terhadap udara, terjadi dalam larutan asam perklorat, yang dapat diperoleh
dengan reaksi
Cu(ClO4)2 + Sn Hg Cu + Sn2+ + 2 ClO4-
Hidrolisis
memberikan [Sn3(OH)4]2+, dengan SnOH+ dan
[Sn2(OH)2]2+ dalam jumlah sedikit:
3 Sn2+ + 4 H2O [Sn3(OH)4]2+
+ 4 H+ log K = -6,77
trimmernya, kemungkinan ion diklis,
tampaknya menyebabkan inti dari beberapa garam basa timah (II) diperoleh dari
larutan akua pada pH yang agak rendah. Jadi nitratnya tampak sebagai Sn3(OH)4(NO3)2
dan sulfatnya, Sn3(OH)2OSO4. semua larutan SnII
mudah dioksidasi dengan oksigen, dan bila tidak dilindungi ketat oleh udara,
biasanya mengandung beberapa SnIV. Larutan kloridanya ssering
digunakan sebagai zat pereduksi lunak
SnCl62- + 2e SnCl3- + 3
Cl- Eo =
ca.0,0 V (1M HCl,4M Cl-)
Senyawa Trialkiltimah, R3SnX, biasanya
bergabung dalam padatan dengan jembatan anion (29-III dan 29-IV). Dalam air,
perklorat dan beberapa senyawa lain mengion menghasilkan spesies
kation.misalnya [Me3Sn(H2O)2]+.
Senyawaan dialkil, R2SnX2, mempunyai
perilaku mirip dengan senyawaan trialkil. Jadi fluorida, Me2SnF2
sekali lagi adalah polimer, dengan jembatan atom F, namun Sn adalah oktahedral
dan gugus Me – Sn – Me adalah linear.
Meskipun
demikian, klorida dan bromida mempunyai titik leleh rendah (90o dan
74oC) dan pada hakikatnya adalah senyawaan molekular. Halidanya juga
memberikan larutan yang menghantar didalam air, dan ion akua mempunyai gugus C
–SN – C linear yang khas bagi spesies dialkil (misalnya, spesies linear Me2Hg,
Me2TI+, Me2Pb2+) mungkin dengan
empat molekul air yang memenuhi koordinasi oktaherdal. Kelinearan dalam spesies
ini tampaknya dihasilkan dari memaksimumkan sifat s dalam orbital ikatan atom
logam. Hidrida organotimah adalah zat
pereduksi yang berguna dalam kimia organik dan dapat ditambah pada alkena
dengan reaksi radikal bebas untuk melepaskan senyawaan organotimah.
Senyawa organotimah mempunyai
sejumlah kegunaan dalam cat anti pencemaran laut, fungisida, pengaet kayu, dan
sebagai katalis untuk perawatan resin silikon dan resin epoksi.
Timah(IV) sulfat, Sn(SO4)2.2H2O,
dapat terkristalisasi dari larutan yang diperoleh dari oksidasi dari oksidasi
SnII sulfat; ia terhidrolisis seluruhnya di dalam air.
Timah(IV) nitrat adalah padatan mudah menguap yang tidak
berwarna dibuat dari interaksi N2O5 dan SnCl4;
ia mengandung gugus bidentat NO3- menghasilkan koordinasi
dodekahedral. Senyawaannya bereaksi dengan zat organik.
2.1.6 Reaksi-Reaksi Timah
Timah
mempunyai tiga bentuk kristal. Bentuk yang paling
adalah timah putih atau timah yang
mudah dibentuk. Pada suhu 13,2oC, secara perlahan, timah putih
berubah menjadi tepung yang bewarna abu-abu yang disebut timah abu-abu. Bila timah putih yang dipanaskan akan menjadi sangat
rapuh yang disebut timah rapuh. Timah putih dipakai sebagai pelapis kaleng
agar mengkilap dan tahan korosi. Timah juga dipakai sebagai logam campuran
dalam perunggu (tembaga dan timah) dan sebagai logam solder (campuran timah
dengan timbal). Timah lebih mudah teroksidasi dibandingkan besi, sehingga tidak
dapat dipakai sebagai pelindung besi.
Bilangan
oksidasi timah dalam senyawa adalah +2 dan +4. logam ini dapat teroksidasi oleh
asam yang bukan pengoksidasi menjadi +2.
Sn + 2HCl SnCl2 + H2
Akan tetapi dengan pengoksidasi kuat,
logam timah teroksidasi, menjdi +4.
Sn + 4 HNO3 SnO2 + 4NO2 + 2
H2O
Reaksi timah dengan Cl2
menghasilkan SnCl2
Sn + Cl2 SnCl2
Logam Sn larut dalam basa membentuk ion
stannit, Sn(OH)42-
Sn + 2OH + 2H2O Sn(OH)42- +
H2(g Senyawa timah, seperti SnF2 dipakai dalam bahan
pasta gigi. Senyawa (C4H9)3SnO dipakai sebagai
fungisida, yaitu zat pembasmi fungi (jamur).
2.1.7 Kegunaan Atau Fungsi Timah
Data pada tahun 2006 menunjukkan bahwa
logam timah banyak dipergunakan untuk solder(52%), industri plating (16%),
untuk bahan dasar kimia (13%), kuningan & perunggu (5,5%), industri gelas
(2%), dan berbagai macam aplikasi lain (11%).
Teknik
Akibat dari petumbuhan permintaan, kegunaan baru dari
timah ditemukan. Masalah lingkungan, keselamatan dan kesehatan mempengaruhi
kegunaan timah. Hasil dari riset yang sedang dilakukan di Internatioanal Tin
Research Institude Ltd., lembaga yang dibiayai industri, banyak pasar baru
untuk timah sedang dikembangkan.
Pelat Timah
Sejumlah
pembuat minum besar di pasar barat meningkatkan penggunaan kaleng pelat timah
sangat tipis. Teknologi baru yang efisien dan kaleng Ecotop yang mudah didaur
ulang mulai diperkenalkan untuk menanggapi masalah lingkungan di Eropa. Kaleng
besi masih menjadi pilihan untuk kemasan makanan dan peningkatan pendapatan di
Asia Tenggara kemasan makanan dan minuman akan meningkat lebih banyak.
Olah Raga
Seiring peningkatan standar hidup meningkat pula
permintaan kesenangan. Produsen stik golf beralih menggunakan lapisan timah
pada stik golf dan peningkatan penyedia amunisi untuk senjata olah raga berubah
dari tembaga menjadi timah sebagai pengganti.
Tutup Botol Anggur
Meningkatnya kesadaran kesehatan konsumen memaksa
produsen untuk memanfaatkan bahan kemasan yang lebih aman. Penggantian tembaga
dengan timah untuk tutup botol merupakan salah satu contoh.
Penghambat Api
Telah dipelajari bahwa bahan tambahan dari timah,
stannate dapat lebih efektif sebagai pemusnah api dalam polimer untuk pembuatan
bungkus kabel PVC, plastik dan kain polyester dalam peralatan rumah tangga
sehari-hari. Sudah ada hasil yang positif dalam pengembangan penghambat api
untuk digunakan produsen kertas.
Timah digunakan dalam perlengkapan rumah tangga setiap
hari. Pendapatan paling tinggi adalah dalam pemenuhan barang konsumen yang
semakin beragam. Permintaan timah di Asia Tenggara meningkat 8% setiap tahun.
PT Timah menyediakan timah berkualitas untuk berbagai industri sekunder dan
tertier yang menggunakan logam untuk menghasilkan produk konsumen dan industri.
Timah Patri
Peningkatan pesat atas barang elektronik konsumen
terutama di Asia dan inti dari setiap kamera, telepon portable, komputer, TV
dan radio adalah papan circuit menggunakan timah patri. Kesadaran lingkungan
dan kesehatan telah membuat banyak produsen mengganti dari timah hitam menjadi
90% timah patri.
Produsen bola lampu
Timah merupakan bagian dasar dari bola lampu pijar dan
neon. Untuk menyediakan 190 juta konsumen lokal dan membangun pasar expor,
industri bola lampu Indonesia mempunyai kapasitas tahunan lebih dari 550 juta
lampu
Patri Gelombang
Beberapa produsen barang-barang elektronik konsumen
menggunakan teknik yang baru dikembangkan ini. Contohnya produsen televisi.
Timah dalam lembaran
Sudah lama timah digunakan untuk menghasilkan makanan dan
minuman kaleng, keselamatan dan aman untuk kemasan dan penyimpanan. Sementara
permintaan timah lembaran di Amerika dan Eropa sudah terbuka, potensi
pertumbuhan di Asia sangat besar. Saat ini di beberapa bagian Asia, konsumsi
kaleng timah perkapita ada pada tingkatan kurang dari satu persen konsumsi
kaleng timah di Barat. Kaleng timah juga hemat energi, memerlukan energi
setengah dari yang diperlukan untuk pembuatan kemasan PET dan lebih sedikit
daripada energi yang diperlukan untuk membuat kaleng aluminium.
Timah dalam kimia
Industri kimia adalah
konsumen timah yang paling cepat berkembang. Permintaan sangat kuat untuk
peralatan rumah tangga dan cat industri, pada plastik dan lapisan tanpa
belerang yang digunakan industri teknik (tembaga, perunggu dan fosfor perunggu
diantara yang lainnya). Contoh aplikasi komersil adalah pelapisan timah pada
kawat dan kabel tembaga dan pembuatan bentuk-bentuk timah tempa
Penggunaan
- membuat kaleng
- aliasi logam:
- perunggu (5-15% Sn dengan Cu)
- solder (40% dengan Pb)
- pewter (92% Sn, 6%Sb, 2% Cu)
2.1.8 Bahaya Timah
·
Bersifat racun dan berbahaya
bagi kesehatan,akibat keracunan timah dapat menyebabkan kerusakan otak, system
saraf dan ginjal bahkan kematian bila keracunan akut.
·
Pada anak anak dapat
menyebabkan kerusakan fungsi mental (jadi idiot).
2.1.9 Pencegahan Bahaya
Timah
·
Jangan dipergunakan untuk
perabotan hidup sehari hari.
·
Untuk mencegah keracunan dapat
di tempuh dengan cara jauhkanlah dari jangkauan anak anak.
·
Setelah memegang timah,cuci
tangan dengan sabun sampai bersih sebelum memegang makanan atau merokok.
·
Untuk tangan yg terluka(terbuka)
jangan memegang timah secara langsung tanpa sarung tangan.